Saturday, October 4, 2014

Tatwa II (Moksa Tatwa)

Tatwa II (Moksa Tatwa)


Pengertian Dan Pembagian Moksa Tatwa
 (Oleh: Komang Prasanti)

I.       Pendahuluan
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk. Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
  1. Widhi Tattwa  adalah  percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
  2. Atma Tattwa  adalah percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
  3. Karmaphala Tattwa adalah percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
  4. Punarbhava Tattwa adalah percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
  5. Moksa Tattwa adalah percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Salah satu masalah yang selalu dipikirkan manusia sejak zaman dahulu sampai sekarang adalah masalah tentang keadaan sesudah kematian. Apakah yang akan terjadi sesudah kehidupan ini? Apakah seseorang lenyap setelah meninggal dunia atau apakah ia tetap hidup sesudah kematian? Jika ia tetap hidup sesudah kematian, bagaimana keadaanya dalam kehidupan yang baru itu? Semua pertanyaan yang membingungkan ini telah berkali-kali dicoba untuk dijawab sejak masa yang lampau. Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan teka-teki klasik yang sering muncul dalam pikiran manusia.


II. Pembahasan
Moksa (Sanskerta: moká¹£a) adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha. Artinya ialah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan.
Bersatunya Atma dengan Brahman akan tercapai keadaan Sat Cit Ananda yaitu kebahgiaan yang abadi, hal itulah yang dinamakan dengan Moksa. Moksa merupakan salah satu bagian dari Panca Sradha yang merupakan pokok keimanan dalam agama Hindu. Dalam agama Hindu istilah Moksa disamakan artinya dengan Mukti atau kelepasan.
Moksa merupakan tujuan tertinggi dalam hidup setiap orang, yang pencapainnya didasarkan pada cinta kasih dan ketidakterikatan. Hal ini sangat sulit, maka itu pencapain yang mesti ditempuh adalah melalui usaha dan niat yang sungguh-sungguh yang didasarkan kepada kitab suci.
Keberadaan alam Sorga dan Neraka dalam agama Hindu bukanlah merupakan tujuan hidup yang tertinggi. Karena alam-alam ini merupakan alam fenomena yang dialami oleh Atma bersama Karma Phalanya masing-masing pada waktu hidupnya di dunia. Hidup di dunia akan menumbuhkan adanya rasa cinta dan keinginan yang berlebihan. Yang menyebabkan seseorang menjadi terikat. Bila mereka menyadari akan hal ini, akan tumbuhlah dalam dirinya usaha untuk melepaskan diri keterikatan tersebut secara sadar. Pelepasan diri dari kerikatan segera sadar inilah yang akan mengantarkan manusia ke alam Moksa. Ketidaksadaran akan rasa ketrikatan akan menumbuhkan penderitaan yang datangnya silih berganti.
Usaha-usaha untuk menuju Moksa itu adalah dimulai dari sifat dasar ajaran agama, seperti berperilaku yang baik, berdana, beryadnya, dan Tirta Yatna. Semua usaha-usaha ini dapat dilakukan secara bertahap yang didasari oleh niat yang baik, sehingga pada akhirnya seseorang dapat melepaskan dirinya dari keterikan yang mengarah kepada Adharma.
Untuk mendalami pengertian tentang Moksa perhatikan dan renungkanlah sloka berikut :
1.      Brahma bhutah prasann Atma
Nascati na ka ksati
Samah sarvesu bhu bhutesu
Madabaktim labhate param                          (Bhagawadgita. XVII. 54)

2.      Bhaktya tvana nyaya sakya
Aham evam vidho’ rjuna
Juatum dastum ca tattvena
Pravestum ca paramiapa                              (Bhagawadgita. XI. 54)
Artinya :
1.      setelah manunggal dengan Brahman dan tenang dalam jiwa, ia bebas dari duka cita dan keinginan. Memandang semua makhluk param bakti pada Ku.
2.      Akan tetapi dengan bakti tunggal pada Ku. O’Arjuna. Aku dapat dikenal, sungguh dilihat dan dimasuki ke dalam, O’makhluk musuh.
Demikianlah dengan tegas dinyatakan Moksa itu adalah manunggalnya Atma dengan Brahman, bila hal itu terjadi akan mendapatkan kebahagiaan, yakni lepas dari ikatan suka dan duka.
2.1 Tingkatan Moksa
     Ada beberapa tingkatan Moksa dalam agama Hindu, yang didasarkan pada keadaan Atma dalam hubungannya dengan Brahman. Adapun pembagiannya dan penjelasan singkatnya. Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
1.      Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan oleh para Maharsi. Beliau dalam melakukan Yoga Samadhi telah dapat melepaskan unsur-unsur maya, sehingga beliau dapat mendengar wahyu Tuhan. Dalam keadaan demikian, atman berada sangat dekat sekali dengan Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan samadhi, maka keadaan beliau kembali biasa. Emosi pikiran dan organ jasmani aktif kembali.
2.      Sarupya (Sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat seseorang di dunia ini, karena kelahirannya. Kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan, seperti Halnya Sri Rama, Buddha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun Atman telah mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh sesuatu yang ada di dunia ini.
3.      Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, dimana Atman itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. dalam keadaan seperti ini dapat dikatakan Atman telah mencapai tingkat Dewa, yang merupakan manifestasi dari tuhan itu sendiri.
4.      Sayujya adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana Atman telah bersatu dengan Brahman.

Istilah lain untuk mengklarifikasikan tingkat-tingkatan Moksa :
a.       Jiwa Mukti merupakan suatu kebebasan yang dapat di capai oleh seseorang semasa hidupnya, di mana Atmanya tidak lagi terpengaruh oleh gejolak indria dan maya. Istilah Jiwa Mukti disamakan pula dengan Samapya dan Sarupya (Sadharmya).
b.      Wideha Mukti merupakan kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, di mana Atma telah dapat meninggalkan badan wadagnya (badan kasar), tetapi masih kena pengaruh maya yang sangat tipis. Tingkat kesukaran Atma dalam tingkatan ini setara dengan Brahman, tetapi belum dapat menyatu, karena masih ada pengaruh maya. Wideha Mukti disamakan dengan Salokya.
c.       Purna Mukti merupakan suatu kebebasan yang paling sempurna yang akan dicapai oleh seseorang setelah mengakhiri hidupnya di dunia. Pada saat itulah Atma dapat bersatu dengan Brahman. Istilah Purna Mukti disamakan dengan Sayujya.
      Demikianlah beberapa tingkatan Moksa yang disebutkan dalam agama Hindu, yang semua ini hendaknya disadari keberadaannya serta diusahakan untuk mendapatkannya.

2.2 Jalan Menuju Moksa
Usaha untuk mencapai Moksa, merupakan upaya yang sangat baik dan terpuji. Hal ini jarang disadari oleh seseorang. Kegiatan kearah itu dapat dilakukan dalam bentuk Bhakti, Yadnya, dan Tirtha Yatra, serta Samadhi. Semua usaha ini akan berhasil bila ada anugrah Tuhan.
Ada beberapa jalan yang ditunjuk oleh Satra Agama yaitu: Catur Marga Yoga dan Tri Karana/Tri Sadhana:
a.      Catur Marga Yoga
Dalam agama Hindu dikenal adanya ajaran Tri Marga dan Catur Yoga. Tri Marga terdiri dari atas Bakti, Karma, dan Jnana Marga, sedangkan Catur Marga Yoga terdiri atas Bakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Yoga. Tujuan dari kedua jalan itu adalah sama yaitu Moksa, hanya perbedaannya terletak pada bagian akhir dari Catur Marga yang disebut Raja Marga Yoga, yang tidak pada Tri Marga. Penjelasan berikut akan disajikan antara Tri Marga dengan Catur Yoga.
1.    Bhakti Marga Yoga
Jalan ini merupakan jalan yang amat mudah, maka itu banyak dipergunakan oleh umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun pengertian dari Bhakti marga Yoga itu adalah jalan penyerahan diri sepuhnya kepada Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk bakti kepada-Nya.
a)        Ye tu dharmyemrta idam
            yu thoktam paryupisate
            sradhana matparama,
            bakti te tiva me priyeh                                     (Bhagawadgita XII. 20)

b)        Tulyanindastutir mauni
            sumitusta yena benacit
            aniketah sthirametir
            baktima me priyo narah                                  (Bhagawadgita XII. 19)

      Artinya:
a)        Mereka yang penuh kepercayaan menetapkan Aku sebagai tujuannya yang tertinggi, mengikuti pengetahuan yang abadi ini, mereka yang berbakti ini adalah kecintaanKu yang tersayang

b)        Ia yang menganggap sama, celaan dan pujian, menerima apa saja yang datang, tanpa diikuti oleh tempat yang tetap, dan teguh dalam pikiran, yang berbakti demikian adalah kecintaanKu


Seorang bhakta hendaknya memiliki tujuan hidup yang tertinggi hanya Tuhan, bukan pada yang lainnya. Kepercayaan ini hendaknya dipupuk dengan sebaik-baiknya, karena iman yang teguh kepada Tuhan merupakan dasar kepercayaan diri seseorang untuk mencapai tujuan tertinggi yang disebut Moksa. Tanpa seseorang memiliki kepercayaan, hidupnya akan goyang dan keragu-raguan, yang akan membawa dirinya pada penderitaan berupa kelahiran yang berulang-ulang.

2.        Karma Marga Yoga
Upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai kebahagiaan yang tertinggi yang didasarkan pada kerja yang tidak terikat akan hasilnya, termasuk dalam Karma Marga Yoga. Bagi seseorang Karma Yoga hasil kerja itu bukanlah merupakan tujuan utama, melainkan sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Berbuat kebajikan dan melakukan kerja merupakan dambaan seorang Karma Yogi, maka itu ia senantiasa selalu bekerja tanpa terikat akan hasilnya.
Sehubungan dengan itu perhatikan dan renungkan sloka berikut berikut dengan sebaik-baiknya.
a)        Mayi sarvani karmani
            saninyasya dhyAtma cetasa
            nirasir nirmano bhutva
            yudhyasva vigatajureh                                    (Bhagawadgita III. 30)

b)        Ye me matam idam nityam
            anutisthanti manavah
            sraddhavanto nasuy anto
            mucyante te pi karmabhih                               (Bhagawadgita III. 30)

      Artinya:
a)        Serahkanlah segala pekerjaan padaKu dengan memusatkan pikiran kepada Atma, melepaskan diri dari pengharapan dan perasaan keakuan dan berperanlah kamu. Bebas dari pikiranmu yang susah.

b)        Mereka itu yang tidak dengan putus-putusnya menanti ajaranKu ini dengan penuh kepercayaan dan terlepas dari perasaan iri hati, merekapun juga terlepas dari karana (ikatan kerja).


Melaksanakan semua pekerjaan sebagai masa pemujaan pada Tuhan akan membuat tenang pikiran seseorang. Dari kebahagiaan dan persatuan aturan dengan Brahman, yang disebut Moksa. Para Karma Yogi dianjurkan untuk melenyapkan sifat-sifat iri hati, dengki, dan sejenisnya dalam hidup sehingga dengan demikian akan tercapailah cat cit ananda.
Bila para Karma Yogi masih terikat akan hasil suatu pekerjaan, ia tidak akan dapat menyatu dengan Brahman melebihi kerja. Hidup ini sesungguhnya terikat oleh kerja, maka itu laksanakanlah kerja itu sebaik-baiknya dengan menyerahkan hasilnya pada Tuhan. kebahagiaan akan muncul pada Karma Yogi yang telah memahami hakikat kerja dan tidak meliki rasa pamrih.

3.        Jnana Marga Yoga
Cara untuk mencapai kebahagiaan yang abadi mempergunakan pengetahuan yang benar diutamakan Jnana Marga Yoga. Dengan berusaha menyatukan dirinya yang sejati dengan Brahman melebihi jalan ilmu pengetahuan kerohanian dinamakan Jnanin. Para Jnanin memiliki pandangan yang mendalam, bahwa segala sesuatu di dunia ini berasal dari yang abadi yaitu Tuhan. Hanya Tuhanlah sesungghuhnya yang ada, sedangkan yang lainnya bersifat temporer.
Untuk lebih jelasnya tentang Jnana Marga Yoga itu, perhatikan dan renungkan sloka berikut ini :
a)        Api cek asi papebhyah
            sarvebyah papakrttamah
            sarvanki jnananplavenai’va                
            vejinam sanrisyasi                                           (Bhagawadgita IV. 36)

b)        Na hi juanena sadrsam
            pavitram iha vidyate
            tat svayam yogasamsiddhah
            kalena’tmani vindati                                       (Bhagawadgita V. 38)

      Artinya:
a)        Meskipun engkau adalah paling berdosa di antara semua orang berdosa, engkau akan dapat  mengarungi laut kejahatan hanya dengan biduk bijaksana (pengetahuan).
b)        Tidak ada di dunia ini yang menyamai kesucianNya kebijaksanaan. Ia yang menjadi sempurna oleh Yoga dengan sendirinya menemui kebijaksanaan ini di dalam hatinya sendiri dalam beberapa waktu.

Kehidupan ini penuh dengan kegiatan yang kadangkala menarik seseorang ke arah lembah dosa dari satu bentuk kehidupan ke kehidupan yang lainnya. Walaupun demikian sesungguhnya dosa itu dapat diatasi, yaitu dengan melalui ilmu pengetahuan kerohanian yang ditentukan oleh kitab suci. Karena pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang menyamai kesucian ilmu pengetahuan itu sendiri, maka itu melaksanakanlah Jnana Marga Yoga itu dengan sebaik-baiknya.

4.         Raja Marga Yoga
Raja Marga Yoga adalah jalan untuk menyatukan Atma dengan Brahman melalui tapa, brata, yoga dan samadhi. Pelaksanaan tapa dan brata bertujuan untuk mengendalikan indria, sedangkan yoga dan samadhi adalah latihan meditasi atau renungan yang mendalam untuk menyatukan Atma dengan Brahman sehingga tercapai tujuan tertinggi berupa Moksa.
Melaksanakan yoga hendaknya dilakukan secara bertahap, melalui Astangga Yoga, yaitu delapan tahapan yoga. Delapan tahapan yoga penjelasannya adalah sebagai berikut :
1.    Yama, artinya mengendalikan diri tahap pertama yang termasuk di dalam tahapan ini adalah : Ahimsa (tidak menyakiti), Satya (kebenaran), Asetya (tidak mencuri), Brahmancari (pengendalian nafsu seks), dan Aparigraha (melakukan hidup sederhana).
2.    Nyama, artinya pengendalian tahap kedua, yang terdiri atas Sauca (suci lahir batin), Santosa (puasa dengan apa yang dimiliki), Tapa (tahan uji terhadap segala macam cobaan), Swadyaya (mempelajari buku agama secara teratur), dan Iswarapranidhana (melakukan renungan dengan berbakti pada Tuhan).
3.    Asana, artinya melakukan latihan berbagai sikap badan untuk meditasi.
4.    Pranayama, artinya meletakkan latihan pengetahuan nafas masuk, menahan, dan mengeluarkan dengan teratur.
5.    Pratyahara, artinya penarikan indria dari obyek-obyek yang disenangi dan meletakkan di bawah pengawasan pikiran yang suci.
6.    Dharma, artinya memusatkan pikiran pada satu obyek yang dikehendaki.
7.    Dhyana, artinya pemusatan pikiran secara terus menerus pada suatu obyek sehingga mencapai suatu ketenangan yang bebas dari gejolak lingkungan.
8.    Samadhi, adalah penyatuan yang sempurna kepada Tuhan, sehingga tercapai keadaan Sat Cit Ananda atau Moksa.
Untuk lebih memantapkan pengertian tentang Raja Marga Yoga, perhatikan dan renungkanlah sloka berikut :
a)    Servabhutasthitam yo man
            bhajaty ekatvam istthitah
            sarvatha vartamano pi
            sa yogi mayi vartate,
                                                         (Bhagawadgita VI. 31)
b)   Atma upamyena sarvatra
            samam pasyati yo’rjuna
            sukham va yadi va dhukham
            sa yogi paramo matah

Artinya:
a)    Seorang yogi yang telah teguh di dalam kesatuan menyembah Aku yang berada di dalam semua makhluk, hidup dalam Aku, meskipun bagaimana juga aktifnya (di dalam kehidupan).
b)   Ia O’Arjuna yang melihat dengan sama. Segala-galanya sebagai bayangan dari jiwanya sendiri, walaupun di dalam keadaan senang maupun dalam keadaan menderita, ia dianggap seorang yogi yang sempurna.

Seorang yogi hendaknya sujud kepada Tuhan agar mereka berhasil yoganya. Penyatuan dengan Tuhan setian saat bagi seorang yogi adalah merupakan suatu kewajiban, karena Tuhan adalah sumber dari segalanya. Tanpa restu Tuhan pencapaian Moksa akan tidak dapat, maka itu sudah sewajarnyalah setiap makhluk sujud bakti kepadaNya.
Keseimbangan jiwa seorang yogi merupakan kesempurnaan yoganya, karena kesamaan pandangan terhadap yoga menyenangkan dan menyusahkan adalah keberhasilan yoga.

b.      Tri Sadhana
Jalan untuk mencapai Moksa selain dari jalan yang disebutkan diatas seperti Tri Marga, Catur Yoga ada lagi yang dinamakan Tri Karana atau Tri Sadhana. Ajaran Tri Karana (Tri sadhana) ada dalam Kitab Wrhaspati Tattwa yang termasuk Tri Karana/Tri Sadhana itu adalah:
1)        Jnana Bhyudreksa yang berarti memahami semua tattwa.
2)        Indria Yoga Marga artinya tidak terikat pada kenikmatan.
3)        Tresna Doksa Ksaya artinya dapat menghilangkan ikatan dengan phala baik dan buruk.
Demikianlah beberapa jalan yang ada dalam ajaran agama Hindu yang perlu dipahami dan diaksanakan oleh setiap umat hindu. 

III. Penutup
Moksa merupakan bagian dari ajaran Panca Sradha. Moksa adalah bersatunya Atman dengan Brahman. Saat terjadinya seperti itu tercipta kebahagiaan yang abadi.
Moksa adalah tujuan hidup setiap orang. Latihan untuk mencapai Moksa dengan tidak terikat pada benda duniawi dan didasarkan atas cinta kasih. Ajaran pelepasan keterikatan disebut Wairagia. Bila manusia melekatkan diri dengan keterikatan ia menjadi menderita.
Moksa mempunyai tingkatan seperti Jiwa Mukti, Wideha Mukti, dan Purana Mukti.
Ada empat jalan untuk menuju Moksa yang disebut Catur Marga Yoga. Keempat marga itu ialah Bakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.
Ada tiga tingkatan jalan lagi untuk mencapai Moksa menurut Wrhaspati Tattwa yaitu Jnana Bhyudreksa, Indria Yoga Marga, dan Tresna Doksa Ksaya.
Demikian tentang Moksa dan cara untuk mencapai Moksa yang patut dipakai oleh umat dan dipakai pedoman melatih diri dalam kehidupan sehari-hari.
4.       Daftar Pustaka
Maswinara Wayan.1996.Panca Sraddha.Surabaya:Paramita
Ngurah I Gusti.2006.Agama Hindu.Surabaya:Paramita.
Ra Anadas.2007.Hukum Karma dan cara menghadapinya.Surabaya:Paramita.
Sudirga Ida Bagus.2002.Agama Hindu.Jakarta:Ganeca Exact.
Vasu Rai Bahadur Srisa Candra.2000.Siva Samhita.Surabaya:Paramita.
Wardhana Made.2007.Karma dan Reikarnasi.Jakarta:Yayasan Bhaktivedanta
http://md.sutriani.wordpress.com/2012/06/19/panca-srada-moksa.html