Pengertian Dan
Pembagian Moksa Tatwa
(Oleh: Komang Prasanti)
I.
Pendahuluan
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran
politeisme karena memuja
banyak Dewa, namun
tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan
itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan
bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya
kepada manusia dalam beragam bentuk. Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang
disebut dengan Pancasradha. Pancasradha
merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
- Widhi Tattwa adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
- Atma Tattwa adalah percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
- Karmaphala Tattwa adalah percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
- Punarbhava Tattwa adalah percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
- Moksa Tattwa adalah percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Salah satu masalah yang selalu dipikirkan manusia
sejak zaman dahulu sampai sekarang adalah masalah tentang keadaan sesudah
kematian. Apakah yang akan terjadi sesudah kehidupan ini? Apakah seseorang
lenyap setelah meninggal dunia atau apakah ia tetap hidup sesudah kematian?
Jika ia tetap hidup sesudah kematian, bagaimana keadaanya dalam kehidupan yang
baru itu? Semua pertanyaan yang membingungkan ini telah berkali-kali dicoba
untuk dijawab sejak masa yang lampau. Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan
teka-teki klasik yang sering muncul dalam pikiran manusia.
II. Pembahasan
Moksa (Sanskerta: moká¹£a) adalah sebuah konsep
agama Hindu dan Buddha. Artinya
ialah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan.
Bersatunya Atma dengan Brahman
akan tercapai keadaan Sat Cit Ananda
yaitu kebahgiaan yang abadi, hal itulah yang dinamakan dengan Moksa. Moksa
merupakan salah satu bagian dari Panca Sradha yang merupakan pokok keimanan
dalam agama Hindu. Dalam agama Hindu istilah Moksa disamakan artinya dengan
Mukti atau kelepasan.
Moksa merupakan tujuan tertinggi
dalam hidup setiap orang, yang pencapainnya didasarkan pada cinta kasih dan
ketidakterikatan. Hal ini sangat sulit, maka itu pencapain yang mesti ditempuh
adalah melalui usaha dan niat yang sungguh-sungguh yang didasarkan kepada kitab
suci.
Keberadaan alam Sorga dan Neraka
dalam agama Hindu bukanlah merupakan tujuan hidup yang tertinggi. Karena
alam-alam ini merupakan alam fenomena yang dialami oleh Atma bersama Karma
Phalanya masing-masing pada waktu hidupnya di dunia. Hidup di dunia akan
menumbuhkan adanya rasa cinta dan keinginan yang berlebihan. Yang menyebabkan
seseorang menjadi terikat. Bila mereka menyadari akan hal ini, akan tumbuhlah
dalam dirinya usaha untuk melepaskan diri keterikatan tersebut secara sadar.
Pelepasan diri dari kerikatan segera sadar inilah yang akan mengantarkan
manusia ke alam Moksa. Ketidaksadaran akan rasa ketrikatan akan menumbuhkan
penderitaan yang datangnya silih berganti.
Usaha-usaha untuk menuju Moksa
itu adalah dimulai dari sifat dasar ajaran agama, seperti berperilaku yang
baik, berdana, beryadnya, dan Tirta Yatna.
Semua usaha-usaha ini dapat dilakukan secara bertahap yang didasari oleh niat
yang baik, sehingga pada akhirnya seseorang dapat melepaskan dirinya dari
keterikan yang mengarah kepada Adharma.
Untuk mendalami pengertian
tentang Moksa perhatikan dan renungkanlah sloka berikut :
1.
Brahma bhutah
prasann Atma
Nascati na ka
ksati
Samah sarvesu
bhu bhutesu
Madabaktim labhate
param (Bhagawadgita.
XVII. 54)
2.
Bhaktya tvana
nyaya sakya
Aham evam
vidho’ rjuna
Juatum dastum
ca tattvena
Pravestum ca
paramiapa (Bhagawadgita.
XI. 54)
Artinya :
1.
setelah
manunggal dengan Brahman dan tenang dalam jiwa, ia bebas dari duka cita dan
keinginan. Memandang semua makhluk param bakti pada Ku.
2.
Akan tetapi
dengan bakti tunggal pada Ku. O’Arjuna. Aku dapat dikenal, sungguh dilihat dan
dimasuki ke dalam, O’makhluk musuh.
Demikianlah dengan tegas dinyatakan Moksa itu adalah
manunggalnya Atma dengan Brahman, bila hal itu terjadi akan mendapatkan
kebahagiaan, yakni lepas dari ikatan suka dan duka.
2.1
Tingkatan Moksa
Ada beberapa tingkatan Moksa dalam agama
Hindu, yang didasarkan pada keadaan Atma dalam hubungannya dengan Brahman.
Adapun pembagiannya dan penjelasan singkatnya. Moksa dapat dibedakan menjadi
empat jenis yaitu:
1. Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat
dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan
oleh para Yogi dan oleh para Maharsi. Beliau dalam melakukan Yoga Samadhi telah
dapat melepaskan unsur-unsur maya, sehingga beliau dapat mendengar wahyu Tuhan.
Dalam keadaan demikian, atman berada sangat dekat sekali dengan Tuhan. Setelah
beliau selesai melakukan samadhi, maka keadaan beliau kembali biasa. Emosi
pikiran dan organ jasmani aktif kembali.
2. Sarupya (Sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat
seseorang di dunia ini, karena kelahirannya. Kedudukan Atman merupakan pancaran
dari kemahakuasaan Tuhan, seperti Halnya Sri Rama, Buddha Gautama, dan Sri
Kresna. Walaupun Atman telah mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia
tidak terikat oleh sesuatu yang ada di dunia ini.
3. Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat
dicapai oleh Atman, dimana Atman itu sendiri telah berada dalam posisi dan
kesadaran yang sama dengan Tuhan. dalam keadaan seperti ini dapat dikatakan
Atman telah mencapai tingkat Dewa, yang merupakan manifestasi dari tuhan itu
sendiri.
4. Sayujya adalah suatu tingkatan kebebasan yang
tertinggi dimana Atman telah bersatu dengan Brahman.
Istilah lain untuk mengklarifikasikan
tingkat-tingkatan Moksa :
a. Jiwa Mukti merupakan suatu kebebasan yang dapat
di capai oleh seseorang semasa hidupnya, di mana Atmanya tidak lagi terpengaruh
oleh gejolak indria dan maya. Istilah Jiwa
Mukti disamakan pula dengan Samapya dan
Sarupya (Sadharmya).
b. Wideha Mukti merupakan kebebasan yang dapat dicapai
oleh seseorang semasa hidupnya, di mana Atma telah dapat meninggalkan badan
wadagnya (badan kasar), tetapi masih kena pengaruh maya yang sangat tipis.
Tingkat kesukaran Atma dalam tingkatan ini setara dengan Brahman, tetapi belum
dapat menyatu, karena masih ada pengaruh maya. Wideha Mukti disamakan dengan Salokya.
c. Purna Mukti merupakan suatu kebebasan yang paling
sempurna yang akan dicapai oleh seseorang setelah mengakhiri hidupnya di dunia.
Pada saat itulah Atma dapat bersatu dengan Brahman. Istilah Purna Mukti disamakan dengan Sayujya.
Demikianlah
beberapa tingkatan Moksa yang disebutkan dalam agama Hindu, yang semua ini
hendaknya disadari keberadaannya serta diusahakan untuk mendapatkannya.
2.2 Jalan Menuju
Moksa
Usaha untuk mencapai Moksa, merupakan upaya
yang sangat baik dan terpuji. Hal ini jarang disadari oleh seseorang. Kegiatan
kearah itu dapat dilakukan dalam bentuk Bhakti, Yadnya, dan Tirtha Yatra, serta
Samadhi. Semua usaha ini akan berhasil bila ada anugrah Tuhan.
Ada beberapa
jalan yang ditunjuk oleh Satra Agama yaitu: Catur Marga Yoga dan Tri Karana/Tri
Sadhana:
a.
Catur Marga
Yoga
Dalam agama Hindu dikenal adanya ajaran Tri Marga dan
Catur Yoga. Tri Marga terdiri dari atas Bakti, Karma, dan Jnana Marga,
sedangkan Catur Marga Yoga terdiri atas Bakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga,
Jnana Marga Yoga, dan Raja Yoga. Tujuan dari kedua jalan itu adalah sama yaitu
Moksa, hanya perbedaannya terletak pada bagian akhir dari Catur Marga yang
disebut Raja Marga Yoga, yang tidak pada Tri Marga. Penjelasan berikut akan
disajikan antara Tri Marga dengan Catur Yoga.
1.
Bhakti Marga Yoga
Jalan ini merupakan jalan yang amat mudah, maka itu
banyak dipergunakan oleh umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Adapun pengertian dari Bhakti marga Yoga itu adalah jalan penyerahan diri
sepuhnya kepada Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk bakti kepada-Nya.
a)
Ye tu dharmyemrta idam
yu thoktam paryupisate
sradhana matparama,
bakti te tiva me priyeh (Bhagawadgita
XII. 20)
b)
Tulyanindastutir mauni
sumitusta yena benacit
aniketah sthirametir
baktima me priyo narah (Bhagawadgita XII. 19)
Artinya:
a)
Mereka yang
penuh kepercayaan menetapkan Aku sebagai tujuannya yang tertinggi, mengikuti
pengetahuan yang abadi ini, mereka yang berbakti ini adalah kecintaanKu yang
tersayang
b)
Ia yang
menganggap sama, celaan dan pujian, menerima apa saja yang datang, tanpa
diikuti oleh tempat yang tetap, dan teguh dalam pikiran, yang berbakti demikian
adalah kecintaanKu
Seorang bhakta hendaknya memiliki tujuan hidup yang
tertinggi hanya Tuhan, bukan pada yang lainnya. Kepercayaan ini hendaknya
dipupuk dengan sebaik-baiknya, karena iman yang teguh kepada Tuhan merupakan
dasar kepercayaan diri seseorang untuk mencapai tujuan tertinggi yang disebut
Moksa. Tanpa seseorang memiliki kepercayaan, hidupnya akan goyang dan
keragu-raguan, yang akan membawa dirinya pada penderitaan berupa kelahiran yang
berulang-ulang.
2.
Karma Marga Yoga
Upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai
kebahagiaan yang tertinggi yang didasarkan pada kerja yang tidak terikat akan
hasilnya, termasuk dalam Karma Marga Yoga. Bagi seseorang Karma Yoga hasil
kerja itu bukanlah merupakan tujuan utama, melainkan sebagai suatu kewajiban
yang harus dilaksanakan. Berbuat kebajikan dan melakukan kerja merupakan
dambaan seorang Karma Yogi, maka itu ia senantiasa selalu bekerja tanpa terikat
akan hasilnya.
Sehubungan dengan itu perhatikan dan renungkan sloka
berikut berikut dengan sebaik-baiknya.
a)
Mayi sarvani
karmani
saninyasya
dhyAtma cetasa
nirasir
nirmano bhutva
yudhyasva
vigatajureh (Bhagawadgita
III. 30)
b)
Ye me matam
idam nityam
anutisthanti
manavah
sraddhavanto
nasuy anto
mucyante
te pi karmabhih (Bhagawadgita
III. 30)
Artinya:
a)
Serahkanlah
segala pekerjaan padaKu dengan memusatkan pikiran kepada Atma, melepaskan diri
dari pengharapan dan perasaan keakuan dan berperanlah kamu. Bebas dari
pikiranmu yang susah.
b)
Mereka itu yang
tidak dengan putus-putusnya menanti ajaranKu ini dengan penuh kepercayaan dan
terlepas dari perasaan iri hati, merekapun juga terlepas dari karana (ikatan
kerja).
Melaksanakan semua pekerjaan sebagai masa pemujaan pada
Tuhan akan membuat tenang pikiran seseorang. Dari kebahagiaan dan persatuan
aturan dengan Brahman, yang disebut Moksa. Para Karma Yogi dianjurkan untuk
melenyapkan sifat-sifat iri hati, dengki, dan sejenisnya dalam hidup sehingga
dengan demikian akan tercapailah cat cit
ananda.
Bila para Karma Yogi masih terikat akan hasil suatu
pekerjaan, ia tidak akan dapat menyatu dengan Brahman melebihi kerja. Hidup ini
sesungguhnya terikat oleh kerja, maka itu laksanakanlah kerja itu
sebaik-baiknya dengan menyerahkan hasilnya pada Tuhan. kebahagiaan akan muncul
pada Karma Yogi yang telah memahami hakikat kerja dan tidak meliki rasa pamrih.
3.
Jnana Marga Yoga
Cara untuk mencapai kebahagiaan yang abadi mempergunakan
pengetahuan yang benar diutamakan Jnana Marga Yoga. Dengan berusaha menyatukan
dirinya yang sejati dengan Brahman melebihi jalan ilmu pengetahuan kerohanian
dinamakan Jnanin. Para Jnanin
memiliki pandangan yang mendalam, bahwa segala sesuatu di dunia ini berasal
dari yang abadi yaitu Tuhan. Hanya Tuhanlah sesungghuhnya yang ada, sedangkan
yang lainnya bersifat temporer.
Untuk lebih jelasnya tentang Jnana Marga Yoga itu,
perhatikan dan renungkan sloka berikut ini :
a)
Api cek asi
papebhyah
sarvebyah
papakrttamah
sarvanki
jnananplavenai’va
vejinam
sanrisyasi (Bhagawadgita
IV. 36)
b)
Na hi juanena
sadrsam
pavitram
iha vidyate
tat
svayam yogasamsiddhah
kalena’tmani
vindati (Bhagawadgita V. 38)
Artinya:
a)
Meskipun engkau
adalah paling berdosa di antara semua orang berdosa, engkau akan dapat mengarungi laut kejahatan hanya dengan biduk
bijaksana (pengetahuan).
b)
Tidak ada di
dunia ini yang menyamai kesucianNya kebijaksanaan. Ia yang menjadi sempurna
oleh Yoga dengan sendirinya menemui kebijaksanaan ini di dalam hatinya sendiri
dalam beberapa waktu.
Kehidupan ini penuh dengan kegiatan yang kadangkala
menarik seseorang ke arah lembah dosa dari satu bentuk kehidupan ke kehidupan
yang lainnya. Walaupun demikian sesungguhnya dosa itu dapat diatasi, yaitu
dengan melalui ilmu pengetahuan kerohanian yang ditentukan oleh kitab suci.
Karena pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang menyamai kesucian ilmu
pengetahuan itu sendiri, maka itu melaksanakanlah Jnana Marga Yoga itu dengan
sebaik-baiknya.
4.
Raja Marga Yoga
Raja Marga Yoga adalah jalan untuk menyatukan Atma dengan
Brahman melalui tapa, brata, yoga dan samadhi. Pelaksanaan tapa dan brata
bertujuan untuk mengendalikan indria, sedangkan yoga dan samadhi adalah latihan
meditasi atau renungan yang mendalam untuk menyatukan Atma dengan Brahman
sehingga tercapai tujuan tertinggi berupa Moksa.
Melaksanakan yoga hendaknya dilakukan secara bertahap,
melalui Astangga Yoga, yaitu delapan
tahapan yoga. Delapan tahapan yoga penjelasannya adalah sebagai berikut :
1.
Yama, artinya
mengendalikan diri tahap pertama yang termasuk di dalam tahapan ini adalah :
Ahimsa (tidak menyakiti), Satya (kebenaran), Asetya (tidak mencuri),
Brahmancari (pengendalian nafsu seks), dan Aparigraha (melakukan hidup
sederhana).
2.
Nyama, artinya
pengendalian tahap kedua, yang terdiri atas Sauca (suci lahir batin), Santosa
(puasa dengan apa yang dimiliki), Tapa (tahan uji terhadap segala macam
cobaan), Swadyaya (mempelajari buku agama secara teratur), dan Iswarapranidhana
(melakukan renungan dengan berbakti pada Tuhan).
3.
Asana, artinya
melakukan latihan berbagai sikap badan untuk meditasi.
4.
Pranayama, artinya
meletakkan latihan pengetahuan nafas masuk, menahan, dan mengeluarkan dengan
teratur.
5.
Pratyahara, artinya
penarikan indria dari obyek-obyek yang disenangi dan meletakkan di bawah
pengawasan pikiran yang suci.
6.
Dharma, artinya memusatkan
pikiran pada satu obyek yang dikehendaki.
7.
Dhyana, artinya
pemusatan pikiran secara terus menerus pada suatu obyek sehingga mencapai suatu
ketenangan yang bebas dari gejolak lingkungan.
8.
Samadhi, adalah
penyatuan yang sempurna kepada Tuhan, sehingga tercapai keadaan Sat Cit Ananda atau Moksa.
Untuk lebih memantapkan pengertian tentang Raja Marga
Yoga, perhatikan dan renungkanlah sloka berikut :
a)
Servabhutasthitam
yo man
bhajaty
ekatvam istthitah
sarvatha
vartamano pi
sa yogi
mayi vartate,
(Bhagawadgita
VI. 31)
b)
Atma upamyena
sarvatra
samam
pasyati yo’rjuna
sukham
va yadi va dhukham
sa yogi
paramo matah
Artinya:
a)
Seorang yogi
yang telah teguh di dalam kesatuan menyembah Aku yang berada di dalam semua
makhluk, hidup dalam Aku, meskipun bagaimana juga aktifnya (di dalam
kehidupan).
b)
Ia O’Arjuna
yang melihat dengan sama. Segala-galanya sebagai bayangan dari jiwanya sendiri,
walaupun di dalam keadaan senang maupun dalam keadaan menderita, ia dianggap
seorang yogi yang sempurna.
Seorang yogi hendaknya sujud kepada Tuhan agar mereka
berhasil yoganya. Penyatuan dengan Tuhan setian saat bagi seorang yogi adalah
merupakan suatu kewajiban, karena Tuhan adalah sumber dari segalanya. Tanpa
restu Tuhan pencapaian Moksa akan tidak dapat, maka itu sudah sewajarnyalah
setiap makhluk sujud bakti kepadaNya.
Keseimbangan jiwa seorang yogi merupakan kesempurnaan
yoganya, karena kesamaan pandangan terhadap yoga menyenangkan dan menyusahkan
adalah keberhasilan yoga.
b.
Tri Sadhana
Jalan untuk mencapai Moksa selain dari jalan yang
disebutkan diatas seperti Tri Marga, Catur Yoga ada lagi yang dinamakan Tri
Karana atau Tri Sadhana. Ajaran Tri Karana (Tri sadhana) ada dalam Kitab
Wrhaspati Tattwa yang termasuk Tri Karana/Tri Sadhana itu adalah:
1)
Jnana Bhyudreksa yang berarti memahami semua tattwa.
2)
Indria Yoga Marga artinya tidak terikat pada kenikmatan.
3)
Tresna Doksa Ksaya artinya dapat menghilangkan ikatan
dengan phala baik dan buruk.
Demikianlah beberapa jalan yang ada dalam ajaran agama
Hindu yang perlu dipahami dan diaksanakan oleh setiap umat hindu.
III.
Penutup
Moksa merupakan bagian dari ajaran Panca Sradha. Moksa adalah bersatunya
Atman dengan Brahman. Saat terjadinya seperti itu tercipta kebahagiaan yang
abadi.
Moksa adalah tujuan hidup setiap orang. Latihan untuk mencapai Moksa dengan
tidak terikat pada benda duniawi dan didasarkan atas cinta kasih. Ajaran
pelepasan keterikatan disebut Wairagia. Bila manusia melekatkan diri dengan
keterikatan ia menjadi menderita.
Moksa mempunyai tingkatan seperti Jiwa Mukti, Wideha Mukti, dan Purana
Mukti.
Ada empat jalan untuk menuju Moksa yang disebut Catur Marga Yoga. Keempat
marga itu ialah Bakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja
Marga Yoga.
Ada tiga tingkatan jalan lagi untuk mencapai Moksa menurut Wrhaspati Tattwa
yaitu Jnana Bhyudreksa, Indria Yoga Marga, dan Tresna Doksa Ksaya.
Demikian tentang Moksa dan cara untuk mencapai Moksa yang patut dipakai
oleh umat dan dipakai pedoman melatih diri dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Daftar
Pustaka
Maswinara Wayan.1996.Panca
Sraddha.Surabaya:Paramita
Ngurah I
Gusti.2006.Agama Hindu.Surabaya:Paramita.
Ra Anadas.2007.Hukum
Karma dan cara menghadapinya.Surabaya:Paramita.
Sudirga Ida
Bagus.2002.Agama Hindu.Jakarta:Ganeca Exact.
Vasu Rai
Bahadur Srisa Candra.2000.Siva Samhita.Surabaya:Paramita.
Wardhana Made.2007.Karma
dan Reikarnasi.Jakarta:Yayasan Bhaktivedanta
http://md.sutriani.wordpress.com/2012/06/19/panca-srada-moksa.html