Thursday, October 2, 2014

Psikologi Pendidikan



DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………............
KATA PENGANTAR ……………………………………............................…      i
DAFTAR ISI  ………………………………………………...........……….               ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ………………………………………… …………...     1
1.2  Rumusan Masalah …………………………………....... …………...     2
1.3  Tujuan …………………………………………………. ……………    2
1.4  Manfaat ………………………………………………………..........   2
BAB II PEMBAHASAN
            2.1  Pengertian motivasi belajar …………………….…………………        3
            2.2  strategi memotivasi ………….………………………………........        4
            2.3  memilih metode pembelajaran dalam      
                   Memotivasi ………………………..………………………………       11
BAB III PENUTUP
            3.1 Simpulan ……………………………………………………………     
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah (Gagne). Belajar adalah proses menghasilakan penyesuian tingkah laku (Travers). “Learning is shown by a change in behavior as a result of exsperince”, belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman (Cronbach). “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow directionte”, belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikutiu arah tertentu (Harold Spears). “Learning is change in performance as a result of practice”, belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan (Geoch). “Learning is any relatively permanent change in behavior that is result of past experience”, belajar adalah perubahan perilaku bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman (Morgan).
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Reber, belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai. Perlu anda pahami, perolehan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Sebelum membahas tentang pengertian dan pembahasan motivasi belajar, kiranya kita perlu membahas terlebih dahulu tentang peninjauan sudut pandang motivasi itu sendiri. Ada dua macam tinjauan tentang motivasi. pertama motivasi dipandang sebagai suatu proses ilmu pengetahuan, dengan ini seorang guru bisa melakukan prediksi terhadap tingkah laku peserta didik, serta dapat diaplikasikan terhadap orang lain. Kedua, sebagai penentu karakteristik seseorang yang bisa menjelaskan karakteristik lainnya.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah ati penting motivasi belajar ?
2.      Bagaimanakah strategi memotivasi ?
3.      Bagaimanakah memilih metode pembelajaran dalam memotivasi  ?

1.3    Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan Umum
Untuk memperluas wawasan tentang arti penting motivasi belajar, strategi memotivasi, dan memilih metode pembelajaran dalam memotivasi.

1.4    Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi mahasiswa manfaatnya adalah dengan membaca makalah ini, mahasiswa dapat memperluas wawasan tentang arti penting motivasi belajar, strategi memotivasi, dan memilih metode pembelajaran dalam memotivasi.
2.      Bagi penulis manfaatnya adalah dapat lebih memahami dari arti penting motivasi belajar, strategi memotivasi, dan memilih metode pembelajaran dalam memotivasi.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Arti Penting Motivasi Belajar
Dalam pembelajaran operatif guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Peran fasilitator dikembangkan melalui metode-metode yang telah diuraikan dalam bab 5 (Metode-metode PAIKEM).
Menurut Prastya Indrawan dkk. Mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan Mc Cleland menunjukan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.
Hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara motivasi dan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Korelasi ini menguatkan urgensitas motivasi belajar.
Hakikatnya motivasi belajar belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Indicator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2.      Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3.      Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4.      Adanya penghargaan dalam belajar.
5.      Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6.      Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan pesrta didik dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi :
1.      Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.
2.      Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.
3.      Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan  apa yang harus dikerjakan sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.  
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas gurudalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need). Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi bbelajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.

2.2    Strategi Motivasi
Pilihan strategi memotivasi dapat didasarkan pada berbagai perspektif. Dalam perspektif behavioral misalnya imbalan atau hukuman eksternal merupakan kunci dalam menentukan motivasi peserta didik. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku peserta didik. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif  dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran dan mengarahkan perhatian yang tidak tepat.
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan peserta didik  dan tanda bintang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya adalah memberi penghargaan atau pengakuan pada peserta didik missal memamerkan karya mereka. Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada peserta didik untuk melakukan sesuatu yang special missal memberi jam istirahat lebih, memainkan game di computer dan lain-lain.
Dalam perspektif humanistic motivasi mengarahkan pada kapasitas peserta didik untuk mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini terkait dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi.
Menurut perspektif kognitif pemikiran peserta didik akan mendu motivasi. Dalam perspektif ini motivasi internal sangat penting. Perspektif kognitif merekomendasikan agar peserta didik diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrolhasil prestasi mereka sendiri. Kebutuhan afiliasi peserta didik tercermin dalam motivasi mereka dengan orang tua, dan keinginann untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Di kelas hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1.      Luangkan waktu, untuk berbicara dengan peserta didik dan jelaskan kepada mereka mengapa aktivitas pembelajaran harus mereka lakukan adalah penting.
2.      Bersikaplah penuh perhatian. Perhatikan perasaan peserta didik saat mereka disuruh untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.
3.      Kelola kelas secara efektif. Usahakan agar peserta didik dapat membuat pilihan personal. Biarkan mereka memilih topik sendiri, tugas menulis, dan proyek riset sendiri. Beri peserta didik pilihan dalam cara melaporkan tugas merka.
4.      Ciptakan pusat pembelajaran. Peserta didik belajar sendiri atau secara kolaboratif dengan peserta didik lainnya. Peserta didik dapat memilih sendiri aktivitas yang ingin mereka lakukan.
5.      Betuk kelompok minat. Bagilah peserta didik ke dalam kelompok-kelompok minat dan biarkan mereka mengerjakan tugas riset yang relevan dengan minat mereka.
Strategi motivasi dapat dikembangkan berdasarkan model ARCS. Model ini merupakan kondisi motivasional yang terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan), dan satisfaction (kepuasan).
Atensi atau perhatian adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian penting dalam memperhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat seleksi karena sumber daya otak terbatas. Atensi adalah proses penting dalam encoding. Encoding adalah proses memasukkan informasi kedalam memori atau proses penyandian informasi.
Perhatian peserta didik muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu perlu mendapat stimuli sehingga peserta didik akan memberi atensi dan perhatian tersebut terpelihara selama proses belajar mengajar bahka lebih lama lagi. Rasa ingi tahu ini dapat dirangasang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Membantu peserta didik memberi atensi atau perhatian dapat dilakukan , sebagai berikut :
1.      Ajak peserta didik untuk memberi perhatian dan meminimalkan gangguan. Bicaralah dengan peserta didik tentang betapa pentingnya memberi perhatian ketika harus mengingat sesuatu. Beri mereka latihan di mana mereka biasa memperhatikan sesuatu tanpa ada gangguan.
2.      Gunakan isyarat atau petunjuk bahwa ada sesuatu yang penting. Caranya bisa dengan memperkeras suara, mengulangi sesuatu dengan penekanan dan menulis konsep di papan tulis.
3.      Bantu peserta didik untuk membuat isyarat atau petunjuk sendiri atau memahami suatu kalimat yang perlu mereka perhatikan. Beri variasi dari waktu ke waktu. Beri mereka menu opsi untuk dipilih seperti “perhatikan”, “fokuskan”, “ingat”. Biarkan mereka menggunakan kata itu atau mengucapkannya dalam hati untuk memfokuskan kembali pikiran mereka yang mungkin tidak perhatian.
4.      Gunakan komentar intruksional, missal “baik mari kita diskusikan . . .”, “sekarang perhatikan”, atau “saya akan mengajukan pertanyaan tentang topik ini di ujian minggu depan”.
5.      Buat pembelajaran menjadi menarik. Kejenuhan mudah muncul dalam diri peserta didik dan kejenuhan akan mengurangi perhatian mereka. Menghubungkan suatu gagasan dengan minat peserta didik akan meningkatkan atensi mereka. Sesekali gunakan latihan yang tidak biasa dan menarik. Pikirkan pertanyaan yang dramatis untuk memperkenalkan berbagai topic yang akan dipelajari.
6.      Gunakan media dan teknologi secara efektif sebagai bagian dari pembelajaran di kelas. Carilah program video atau televise yang dapat membantu guru memvariasikan pembelajaran di kelas dan meningkatkan perhatian peserta didik dengan cara yang bermanfaat untuk meningkatkan pembelajaran mereka.
7.      Fokuskan pada pembelajaran aktif untuk membuat proses belajar menjadi menyenangkan. Menggunakan media dan teknologi secara efektif bukan atu-satunya cara. Latihan yang berbeda-beda, tamu kelas, pengalaman keluar, dan banyak aktivitas lainnya yang dapat dipakai untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, mengurangi kejemuan, dan menigkatkan perhatian mereka.
8.      Jangan terlalu banyak membebani peserta didik dengan terlalu banyak informasi. Kita hidup di masyarakat informasi di mana kadang-kadang da kecenderungan untuk merasa bahwa guru harus membuat peserta didik mempelajari semua hal. Namun, peserta didik yang terlalu banyak di beri informasi terlalu cepat mungkin malah tidak akan bisa memperhatikan apa pun.
9.      Perhatikan perbedaan individual dalam kemampuan atensi peserta didik. Peserta didik bermasalah, peserta didik yang tidak biasa adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan saat menyajikan materi pembelajaran.
Kondisi memotivasional kedua adalah relevansi. Kondisi ini terkait dengan hubungan antara materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang mereka pelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
Strategi untuk menunjukkan relevansi pembelajaran dan kebutuhan peserta didik dapat dilakukandengan cara, sebagai berikut :
1.      Sampaikan kepada peserta didik apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran. Dalam hal ini guru perlu menyampaikan standar  kompetensi, kompetensi dasar, maupun indicator yang hendak dicapai.
2.      Jelaskan manfaat pengetahuan atau ketrampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti atau bertanyalah kepada peserta didik bagaimana materi pembelajaran akan membantu mereka untuk melaksanakan tugas dengan lebih baik di kemudian hari.
3.      Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau profesi tertentu.
Kepercayaan dirikepada peserta didik merupakan kondisi motivasional ketiga yang juga mendapat perhatian. Kondidi ini terkait dengan apa yang dikatakan Bandura sebagai konsep self efficacy. Konsep tersebut terkait dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemmpuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Strategi yang dapat dilakukan sebagai berikut :
1.      Tingkat rasa percaya diri. Beri peserta didik dukungan intruksional dan emosional yang mendorong mereka untuk menjalani pembelajaran dengan penuh percaya diri dan sedikit kecemasan.
2.      Gunakan kesesuaian optimal. Kembangkan dan pertahankankesesuaian optimal antara apa yang ditugaskan pada peserta didik dengan tingakat kemampuan mereka.
3.      Susunlah materi pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga peserta didik tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus.
4.      Tumbuhkembangkan kepercayaan diri peserta didik dengan mengatakan “tampaknya kalian telah memahami konsep itu dengan baik”, serta menyebut kelemahan peserta didik sebagai “hal-hal yang masih perlu di kembangkan”.
5.      Berikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar peserta didik mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka.
Keberhasilan mencapai tujuan berdampak pada kepuasan. Belajar adalah proses untuk mencapai keberhasilan. Dalam hal ini motivasi belajar sangat berperan mendorong peserta didik mencapai keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan yang diraihnya tentu akan menghasilkan kepuasan pada dirinya.
Arti penting keberhasilan belajar mendorong guru harus terampil mengembangkan strategi motivasi khususnya yang terkait dengan pencapaian kepuasan belajar. Cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kepuasan belajar adalah :
1.      Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informasi bukan ancaman  atau sejenisnya.
2.      Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajarinya.
3.      Mintalah kepada peserta didik yang telah menguasai suatu ketrampilan atau pengetahuan untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil.
4.      Bandingkan prestasi peserta didik dengan prestasi dirinya di masa lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan peserta didik yang lainnya.

2.2.1        Motivasi di Dalam Kelas
Dengan memahami teori-teori yang termasyhur tentang motivasi, maka guru dapat mengembangkan tujuh (7) jenis motivasi di dalam kelas, iaitu: (1) motivasi tugas; (2) motivasi aspirasi; (3) motivasi persaingan; (4) motivasi afiliasi; (5) motivasi kecemasan; (6) motivasi penguatan; dan (7) motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri.
1.      Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Pelajar yang memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia mengetahui cara-caranya.
2.      Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau pelajar memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan pelajar selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus menjadikan pelajar sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus ditanam oleh guru kepada pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh 'usaha', bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.
3.      Persaingan yang sihat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan status. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.
4.      Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya. Oleh kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar remaja, guru hendaknya dapat memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli kelompok.
5.      Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk meningkatkan usaha dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan tinggi.
6.      Motivasi penguatan dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam kelas.
7.      Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Pelajar-pelajar ini menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar dan mempunyai sistem nilai yang baik yang melatar-belakangi tingkah laku mereka itu. Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga pelajar-pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi pelajar-pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti belajar mereka.

2.3    Memilih Metode Pembelajaran Dalam Memotivasi
1.      Perhatikan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang baik ditandai oleh rumus ABCD, yakni Audience, Behavior, Condition, Dan Degree. Audience, berarti siswa atau pembelajar yang menjadi subyek dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran sebaiknya memuat kata siswa untuk memperjelas personal yang dituju dalam tujuan pembelajaran. Behavior, berarti pengalaman atau tindakan yang akan dijalani siswa dalam pembelajaran. Condition, berarti kondisi nyata yang terjadi ketika siswa belajar atau akan belajar. Degree, berarti tingkatan atau taraf tertentu yang harus dicapai siswa. Contoh tujuan yang baik adalah setelah membaca teks bacaan (Condition), siswa (Audience) dapat menentukan (Behavior) tiga kalimat utama (Degree) dalam bacaan

2.      Perhatikan Karakteristik Siswa
Setelah memperhatikan tujuan pembelajaran dalam memilih metode-metode berikutnya adalah memperhatikan karakteristik siswa. Rambut boleh sama, tetapi hati dan pikiran siswa berbeda-beda. Kelas  boleh sama, tetapi lain ruang, lain pula karakteristiknya. Di dominasi oleh siswa, didominasi kecerdasan matematis, dan ada siswa yang dominan kecerdasan lainnya. Dengan begitu, dapat di katakana bahwa karakteristik siswa sangat beragam.
Gadner membagi karakteristik siswa menjadi delapan kecerdasan atau yang lebih umum disebut multikecerdasan, yakni cerdas matematika-logis, bahasa, parsial, kisnetetis, intrapersonal, antarpersonal, natural, dan musical. Tiap karakteristik kecerdasan siswa tersebut memerlukan cara mendidik dan mengajar yang berbeda-beda.
Para pakar membagi siswa yang belajar menjadi lima kelompok, yaitu Gifted, Conceptual, Contextual, Slow learners, dan Disabilities.penelitian Asian Development Bank (2000) menemukan bahwa 60% pembelajar di Indonesia adalah contextual. Siswa kontekstual adalah siswa yang baru dapat belajar kalau guru membantu mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-haridi sekitar pembelajar yang bersangkutan. Pembelajaran harus dilakukan dengan cara memberi siswa kesempatan untuk mengalami sendiri dan berlangsung pada kondisi yang alami (kontekstual).

3.      Perhatikan Kemasan Materi Pembelajaran
Pemilihan metode pembelajaran inovatif perlu memperhatikan kemasan materi yang akan dikuasai oleh siswa. Materi pembelajaran yang bersifat fakta tentu akan berbeda dengan materi yang bersifat procedural dalam penggunaan metode pembelajarannya. Metode berbasis masalah akan lebih cocok untuk pendalaman materi fakta. Begitu pula, metode kooperatif akan lebih tepat digunakan untuk pendalaman materi yang bersifat prinsip atau procedural. Tentunya, materi yang sama akan menarik jika dalam pendalamannya menggunakan berbagai metode yang bervariasi. Meskipun materi pembelajaran terasa ringan, metode yang digunakan tetap. Apabila materi pembelajaran dirasakan sulit oleh siswa, metode pembelajaran juga tetap seperti sebelumnya. Guru yang demikian itu pazti dapat dikatakan sebagai guru statis, tidak berkembang, dan menjenuhkan.
Tabel 1. Urutan berpikir
Fakta
(apa, kapan, siapa, di mana)
Konsep
(pengertian, defenisi, ciri-ciri, bentuk)
Procedural
(langkah-langkah, cara, teknik)
prinsip
(pengalihan, bentuk lain, penerapan)
Banyak guru yang hanya mengajar pada jenjang fakta dan konsep sehingga pembelajaran berkutat pada ceramah saja. Siswa tidak pernah diajak untuk menerapkan secara nyata sesuai dengan lingkungannya. Pada akhirnya, siswa selamanya tidak pernah mampu melakukan meskipun mereka mengerti.

4.      Perhatikan Situasi Dan Konteks Belajar Siswa
Situasi dan konteks pembelajaran akan menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan seorang guru. Jika situasi yang terjadi beruap bhjan deras, padahal pembelajaran dirancang di halaman sekolah. Dan tentu saja, pembelajaran akan segera berganti dengan metode pembelajaran yang cocok untuk di dalam kelas dalam situasi hujan. Begitu pula, ketika guru akan mengajarkan apresiasi puisi dalam konteks siswa di pegunungan, metode yang digunakan akan berbeda dengan siswa yang berkonteks pantai.
Dalam memperhatikan situasi dan konteks untuk penerangan metode inovatif, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yakni :
a)        Prediktif
b)        Produktif
c)        Antipatif
d)       Adaptif, serta
e)        Nyaman
Prediktif, artinya situasi dan konteks diramalkan sebelumnya, yakni saat menyusun rencana pembelajaran. Ramalam itu berisi beberapa prediksi, seperti apakah nanti saat pembelajaran berlangsung akan terjadi hujan? Apakah saat pembelajaran berlangsung nanti akan terjadi keramaian? Apakah pembelajaran kelak akan mengganggu kelas lain? Apakah saat itu siswa tidak ada kegiatan lainnyayang menghambat pembelajaran berlangsung?
Produktif, artinya situasi dan konteks dapat memberikan dukungan bagi keberhasilan pembelajaran. Janganlah menggunakan situasi dan konteks yang tidak memberikan manfaat bagi proses pembelajaran. Contohnya, Pak Wagir akan menggunakan situasi sore dalam pembelajarannya karena ingin mendapatkan kesan santai dalam pembelajaran praktik gerak dasar dalam berolahragayang mendukung tujuan pembelajaran. Konteks stasiun kereta api sangat cocok diguakan untuk tema transportasi bagi sekolah yang dekat dengan stasiun tersebut.
Antisipatif, artinya guru perlu mengantisipasi situasi dan konteks yang akan digunakan dengan berbagai kesiapan sehingga dapat mengahadapi situasi dan konteks yang diinginkan. Jika situasi yang direncanakan bertepatan dengan musim hujan, siswa diminta untuk bersiap-siap membawa payung karena kegiatan pembelajaran mengharuskan di halaman sekolah atau di alam.
Adaptif, berarti penyesuaian proses yang dilaksanakan berdasarkan situasi dan konteks yang benar-benar terjadi. Guru harus terbiasa dengan sikap adaptif terhadap situasidan konteks sehingga kapan pun, di mana pun, pembelajaran dapat menyesuaikan.
Nyaman, artinya bahwa  situasi dan konteks yang digunakan dalam pembelajaran memberikan dukungan bagi kenyamanan siswa dalam belajar. Tidak semua situasi dan konteks dapat membuat nyaman. Sebaliknya, situasi dan konteks yang dikendalikan, diatur, dan diubah tentu akan memberikan rasa nyaman siswa dalam belajar. Siswa yang merasa nyaman ditandai oleh ketertarikan, kegembiraan, keakraban, dan keberlangsungan dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang tidak nyaman ditandai oleh gelisah, pasif, jenuh, dan tidak mendapatkan apa-apa.

5.      Perhatikan Sumber Belajar Yang Ada
Sumber belajar meruapakan pendukung penentuan metode pembelajaran inovatif yang akan digunakan oleh guru. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mengandung informasi, gagasan, konsep dan dapat memudahkan, mengonkretkan, dan menyederhanakan materi sehingga siswa dapat lebih cepat, midah, dan paham dalam memahami materi pembelajaran. Dengan begitu, tujuan pembelajaran dapat dengan mudah dan cepat untuk mencapai tingkat ketercapaiannya.
Sebagai contoh sebelumnya, seorang siswa sulit untuk membayangkan surat dinas, tetapi setelah guru menunjukkan contoh surat dinas, siswa dapat dengan cepat memahaminyadan bahkan membuatnya. Surat dinas dalam contoh di atas disebut sumber belajar karenamemberikan informasi dan kemudahan bagi siswa. Sungai, bukit, sawah, stasiun, dan alam yang lainya merupakan sumber belajar yang sarat akan informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Begitu pula, dokter,arsitek, bidan, guru, tentara, dan pekerja yang lainnya merupakan sumber belajar yang penuh dengan informasi bagi siswa. Majalah, Koran, televise, buku, media yang lainnya merupakan sumber belajar yang menarik bagi siswa. Dari penjelasan di atas,dapat dikatakan bahwa sumber belajar meliputi bahan tercetak (buku, majalah, koran), televise dan radio, film, alam, dan orang.
Tidak semua sumber belajar dapat membantu keterlaksanaan metode pembelajaran, apalagi ketercapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu mempunyai kemampuan untuk memilih dan menetapkan sumber belajar yang cocok. Cara menentukan sumber belajar dengan tepat adalah kebermaknaan, kesesuaian, kepraktisan, keamanan, dan kenyamanan. Sumber belajar harus dapat memberikan makna bagi pembelajaran sehingga siswa mudah belajar.
Di samping sumber belajar harus bermakna, sumber belajar harus bermakna, sumber belajar harus memiliki kesesuaian dengan tingkat umur siswa, tujuan, dan proses. Sumber belajar juga harus bersifat praktis, sehingga mudah digunakan tanpa menuntut biaya, tenaga, dan waktu hanya untuk menggunakannya. Keamanan dan kenyamanan juga harus menjadi syarat dalam memilih sumber belajar agar saat siswa belajar tidak terjadi kecelakaan yang diakibatkan dengan sumber belajar. Guru perlu memperhatikan syarat-syarat sumber belajar yang tepat bagi pembelajaran.

6.      Perhatikan Waktu Yang Tersedia
Aspek berikutnya yang perlu diperhatikan dalam memilih metode inovatif adalah aspek ketersediaan waktu. Percuma saja pembelajaran dirancang dengan sangat ideal manakala waktu yang tersedia sangat terbatas. Guru harus mampu mengatur penggunaan waktu sesuai tahapan pembelajarannya. Diskusi kelompok dapat diselesaikan 10 menit, 20 menit, bahkan 30 menit tergantung pada kepiawaian guru dalam mengelola pembelajaran. Waktu bersifat bebas. Gurulah yang mengatur banyak tidaknya waktu yang disediakan.
Dalam berbagai kesempatan pelatihan yang dipadu penulis ini, banyak guru selaku peserta mengatakan bahwa metode inovatif itu memerlukan banyak waktu, sehingga targer tidak tercapai. Padahal, jika pembelajara dikelola dengan baik, pembelajaran inovatif justru sangat efektif, tepat waktu, dan lebih baik hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran gaya klasik.
Biasanya, waktu tidak dikelola dengan baik sehingga guru terlena dengan proses semata. Hasilnya, waktu akan memanjang dan menghimpit waktu mata pelajaran lainnya. Guru yang demikian itu belum dapat mengelola waktu. Waktu hanya dianggap sebagai pengganggu bahkan dianggap sebagai kuda hitam tempat tumpuan kesalahan pembelajaran
BAB III
PENUTUP
3.1 Arti Penting Motivasi
 Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas gurudalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need). Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi bbelajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
3.2 Strategi Memotivasi
Menurut perspektif kognitif pemikiran peserta didik akan mendu motivasi. Dalam perspektif ini motivasi internal sangat penting. Perspektif kognitif merekomendasikan agar peserta didik diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrolhasil prestasi mereka sendiri. Kebutuhan afiliasi peserta didik tercermin dalam motivasi mereka dengan orang tua, dan keinginann untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Di kelas hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :
6.      Luangkan waktu, untuk berbicara dengan peserta didik dan jelaskan kepada mereka mengapa aktivitas pembelajaran harus mereka lakukan adalah penting.
7.      Bersikaplah penuh perhatian. Perhatikan perasaan peserta didik saat mereka disuruh untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.
8.      Kelola kelas secara efektif. Usahakan agar peserta didik dapat membuat pilihan personal. Biarkan mereka memilih topik sendiri, tugas menulis, dan proyek riset sendiri. Beri peserta didik pilihan dalam cara melaporkan tugas merka.
9.      Ciptakan pusat pembelajaran. Peserta didik belajar sendiri atau secara kolaboratif dengan peserta didik lainnya. Peserta didik dapat memilih sendiri aktivitas yang ingin mereka lakukan.
10.  Betuk kelompok minat. Bagilah peserta didik ke dalam kelompok-kelompok minat dan biarkan mereka mengerjakan tugas riset yang relevan dengan minat mereka.
3.3 Memilih Metode Pembelajaran Dalam Memotivasi
1.         Perhatikan tujuan pembelajaran
2.         Perhatikan karakteristik siswa
3.         Perhatikan kemasan materi pembelajaran
4.         Perhatikan situasi dan konteks belajar siswa
5.         Perhatikan sumber belajar yang ada
6.         Perhatikan waktu yang tersedia

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya Wina, 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Suprijono Agus, 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Hamalik Oemar, 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasar Pendekatan System. Jakarta: PT Bumi Akasara
Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Buana Pustaka
http://www.MOTIVASIBELAJAR>>CaraMeningkatkanMotivasiBelajarAnak|belajarpsikologi.com
Previous Post
Next Post

0 comments: