DAFTAR
ISI
JUDUL…………………………………………………………………............
KATA PENGANTAR
……………………………………............................… i
DAFTAR ISI
………………………………………………...........………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ………………………………………… …………... 1
1.2 Rumusan
Masalah …………………………………....... …………... 2
1.3 Tujuan
…………………………………………………. …………… 2
1.4 Manfaat
……………………………………………………….......... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian motivasi belajar …………………….………………… 3
2.2 strategi memotivasi ………….………………………………........ 4
2.3 memilih metode pembelajaran dalam
Memotivasi ………………………..……………………………… 11
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan ……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan
yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan
diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah (Gagne).
Belajar adalah proses menghasilakan penyesuian tingkah laku (Travers). “Learning is shown by a change in behavior
as a result of exsperince”, belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman (Cronbach). “Learning is
to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to
follow directionte”, belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar dan mengikutiu arah tertentu (Harold Spears). “Learning is change in performance as a
result of practice”, belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan (Geoch). “Learning is any relatively permanent change in behavior that is result
of past experience”, belajar adalah perubahan perilaku bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman (Morgan).
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan
psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas
yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar
dianggapnya property sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan
tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah
adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak
seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Reber, belajar adalah the process of acquiring knowledge.
Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam
praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha
memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat
mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi
aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan
hal-hal yang telah dipelajarinya. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti
ini secara esensial belum memadai. Perlu anda pahami, perolehan pengetahuan
hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan menuju terbentuknya kepribadian
seutuhnya.
Sebelum
membahas tentang pengertian dan pembahasan motivasi belajar, kiranya kita perlu
membahas terlebih dahulu tentang peninjauan sudut pandang motivasi itu sendiri.
Ada dua macam tinjauan tentang motivasi. pertama motivasi dipandang sebagai
suatu proses ilmu pengetahuan, dengan ini seorang guru bisa melakukan prediksi
terhadap tingkah laku peserta didik, serta dapat diaplikasikan terhadap orang
lain. Kedua, sebagai penentu karakteristik seseorang yang bisa menjelaskan
karakteristik lainnya.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
ati penting motivasi belajar ?
2. Bagaimanakah
strategi memotivasi ?
3. Bagaimanakah
memilih metode pembelajaran dalam memotivasi ?
1.3
Tujuan
Adapun yang menjadi
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Tujuan
Umum
Untuk memperluas
wawasan tentang arti penting motivasi belajar, strategi memotivasi, dan memilih
metode pembelajaran dalam memotivasi.
1.4
Manfaat
Adapun manfaat
dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi
mahasiswa manfaatnya adalah dengan membaca makalah ini, mahasiswa dapat
memperluas wawasan tentang arti penting motivasi belajar, strategi memotivasi,
dan memilih metode pembelajaran dalam memotivasi.
2. Bagi
penulis manfaatnya adalah dapat lebih memahami dari arti penting motivasi
belajar, strategi memotivasi, dan memilih metode pembelajaran dalam memotivasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti
Penting Motivasi Belajar
Dalam pembelajaran operatif guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator. Peran fasilitator dikembangkan melalui metode-metode
yang telah diuraikan dalam bab 5 (Metode-metode PAIKEM).
Menurut Prastya Indrawan dkk. Mengutip hasil
penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan
motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi
belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi
sebesar 36 persen, sedangkan Mc Cleland menunjukan bahwa motivasi berprestasi
mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.
Hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa
ada korelasi signifikan antara motivasi dan belajar. Motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah
laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Korelasi ini
menguatkan urgensitas motivasi belajar.
Hakikatnya motivasi belajar belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat
belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi
adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Indicator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Adanya
hasrat dan keinginan berhasil.
2.
Adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3.
Adanya
harapan dan cita-cita masa depan.
4.
Adanya
penghargaan dalam belajar.
5.
Adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar.
6.
Adanya
lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan pesrta didik dapat
belajar dengan baik.
Motivasi belajar
bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi
mempunyai fungsi :
1.
Mendorong
peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap
kegiatan belajar.
2.
Menentukan
arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai.
Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuan pembelajaran.
3.
Menyeleksi
kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan sesuai guna
mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak
menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.
Motivasi adalah
aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi,
tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu,
membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas gurudalam setiap
proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang
memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya
mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need). Siswa yang merasa butuh akan
bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam
rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman
dan materi bbelajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar
bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong
oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
2.2 Strategi
Motivasi
Pilihan strategi memotivasi dapat didasarkan pada
berbagai perspektif. Dalam perspektif behavioral misalnya imbalan atau hukuman
eksternal merupakan kunci dalam menentukan motivasi peserta didik. Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi
perilaku peserta didik. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa
insentif dapat menambah minat atau
kesenangan pada pelajaran dan mengarahkan perhatian yang tidak tepat.
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain
nilai yang baik yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan peserta
didik dan tanda bintang atau pujian jika
mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya adalah memberi
penghargaan atau pengakuan pada peserta didik missal memamerkan karya mereka.
Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada peserta didik untuk
melakukan sesuatu yang special missal memberi jam istirahat lebih, memainkan game di computer dan lain-lain.
Dalam perspektif humanistic motivasi mengarahkan
pada kapasitas peserta didik untuk mengembangkan kepribadian dan kebebasan
untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini terkait dengan pandangan Abraham
Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum kebutuhan
yang lebih tinggi.
Menurut perspektif kognitif pemikiran peserta didik
akan mendu motivasi. Dalam perspektif ini motivasi internal sangat penting.
Perspektif kognitif merekomendasikan agar peserta didik diberi lebih banyak
kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrolhasil prestasi mereka sendiri.
Kebutuhan afiliasi peserta didik tercermin dalam motivasi mereka dengan orang
tua, dan keinginann untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Di kelas hal
ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1.
Luangkan
waktu, untuk berbicara dengan peserta didik dan jelaskan kepada mereka mengapa
aktivitas pembelajaran harus mereka lakukan adalah penting.
2.
Bersikaplah
penuh perhatian. Perhatikan perasaan peserta didik saat mereka disuruh untuk
melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.
3.
Kelola
kelas secara efektif. Usahakan agar peserta didik dapat membuat pilihan
personal. Biarkan mereka memilih topik sendiri, tugas menulis, dan proyek riset
sendiri. Beri peserta didik pilihan dalam cara melaporkan tugas merka.
4.
Ciptakan
pusat pembelajaran. Peserta didik belajar sendiri atau secara kolaboratif
dengan peserta didik lainnya. Peserta didik dapat memilih sendiri aktivitas
yang ingin mereka lakukan.
5.
Betuk
kelompok minat. Bagilah peserta didik ke dalam kelompok-kelompok minat dan
biarkan mereka mengerjakan tugas riset yang relevan dengan minat mereka.
Strategi
motivasi dapat dikembangkan berdasarkan model ARCS. Model ini merupakan kondisi
motivasional yang terdiri dari attention
(perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan), dan satisfaction (kepuasan).
Atensi atau
perhatian adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah
satu keahlian penting dalam memperhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat
seleksi karena sumber daya otak terbatas. Atensi adalah proses penting dalam encoding. Encoding adalah proses
memasukkan informasi kedalam memori atau proses penyandian informasi.
Perhatian
peserta didik muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu
perlu mendapat stimuli sehingga peserta didik akan memberi atensi dan perhatian
tersebut terpelihara selama proses belajar mengajar bahka lebih lama lagi. Rasa
ingi tahu ini dapat dirangasang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain
dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Membantu peserta
didik memberi atensi atau perhatian dapat dilakukan , sebagai berikut :
1.
Ajak
peserta didik untuk memberi perhatian dan meminimalkan gangguan. Bicaralah
dengan peserta didik tentang betapa pentingnya memberi perhatian ketika harus
mengingat sesuatu. Beri mereka latihan di mana mereka biasa memperhatikan
sesuatu tanpa ada gangguan.
2.
Gunakan
isyarat atau petunjuk bahwa ada sesuatu yang penting. Caranya bisa dengan
memperkeras suara, mengulangi sesuatu dengan penekanan dan menulis konsep di
papan tulis.
3.
Bantu
peserta didik untuk membuat isyarat atau petunjuk sendiri atau memahami suatu
kalimat yang perlu mereka perhatikan. Beri variasi dari waktu ke waktu. Beri
mereka menu opsi untuk dipilih seperti “perhatikan”, “fokuskan”, “ingat”.
Biarkan mereka menggunakan kata itu atau mengucapkannya dalam hati untuk
memfokuskan kembali pikiran mereka yang mungkin tidak perhatian.
4.
Gunakan
komentar intruksional, missal “baik mari kita diskusikan . . .”, “sekarang
perhatikan”, atau “saya akan mengajukan pertanyaan tentang topik ini di ujian
minggu depan”.
5.
Buat
pembelajaran menjadi menarik. Kejenuhan mudah muncul dalam diri peserta didik
dan kejenuhan akan mengurangi perhatian mereka. Menghubungkan suatu gagasan
dengan minat peserta didik akan meningkatkan atensi mereka. Sesekali gunakan
latihan yang tidak biasa dan menarik. Pikirkan pertanyaan yang dramatis untuk
memperkenalkan berbagai topic yang akan dipelajari.
6.
Gunakan
media dan teknologi secara efektif sebagai bagian dari pembelajaran di kelas.
Carilah program video atau televise yang dapat membantu guru memvariasikan
pembelajaran di kelas dan meningkatkan perhatian peserta didik dengan cara yang
bermanfaat untuk meningkatkan pembelajaran mereka.
7.
Fokuskan
pada pembelajaran aktif untuk membuat proses belajar menjadi menyenangkan.
Menggunakan media dan teknologi secara efektif bukan atu-satunya cara. Latihan
yang berbeda-beda, tamu kelas, pengalaman keluar, dan banyak aktivitas lainnya
yang dapat dipakai untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan,
mengurangi kejemuan, dan menigkatkan perhatian mereka.
8.
Jangan
terlalu banyak membebani peserta didik dengan terlalu banyak informasi. Kita
hidup di masyarakat informasi di mana kadang-kadang da kecenderungan untuk
merasa bahwa guru harus membuat peserta didik mempelajari semua hal. Namun,
peserta didik yang terlalu banyak di beri informasi terlalu cepat mungkin malah
tidak akan bisa memperhatikan apa pun.
9.
Perhatikan
perbedaan individual dalam kemampuan atensi peserta didik. Peserta didik
bermasalah, peserta didik yang tidak biasa adalah hal-hal yang perlu
dipertimbangkan saat menyajikan materi pembelajaran.
Kondisi
memotivasional kedua adalah relevansi. Kondisi ini terkait dengan hubungan
antara materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi
peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang mereka
pelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai
yang dipegang.
Strategi untuk
menunjukkan relevansi pembelajaran dan kebutuhan peserta didik dapat
dilakukandengan cara, sebagai berikut :
1.
Sampaikan
kepada peserta didik apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari
materi pembelajaran. Dalam hal ini guru perlu menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun
indicator yang hendak dicapai.
2.
Jelaskan
manfaat pengetahuan atau ketrampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal
tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti atau bertanyalah kepada peserta
didik bagaimana materi pembelajaran akan membantu mereka untuk melaksanakan
tugas dengan lebih baik di kemudian hari.
3.
Berikan
contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik
atau profesi tertentu.
Kepercayaan
dirikepada peserta didik merupakan kondisi motivasional ketiga yang juga
mendapat perhatian. Kondidi ini terkait dengan apa yang dikatakan Bandura
sebagai konsep self efficacy. Konsep
tersebut terkait dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemmpuan untuk
melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
Prinsip yang
berlaku dalam hal ini adalah motivasi akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya harapan untuk berhasil. Strategi yang dapat dilakukan sebagai
berikut :
1.
Tingkat
rasa percaya diri. Beri peserta didik dukungan intruksional dan emosional yang
mendorong mereka untuk menjalani pembelajaran dengan penuh percaya diri dan
sedikit kecemasan.
2.
Gunakan
kesesuaian optimal. Kembangkan dan pertahankankesesuaian optimal antara apa
yang ditugaskan pada peserta didik dengan tingakat kemampuan mereka.
3.
Susunlah
materi pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga peserta
didik tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus.
4.
Tumbuhkembangkan
kepercayaan diri peserta didik dengan mengatakan “tampaknya kalian telah
memahami konsep itu dengan baik”, serta menyebut kelemahan peserta didik
sebagai “hal-hal yang masih perlu di kembangkan”.
5.
Berikan
umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar peserta didik mengetahui
pemahaman dan prestasi belajar mereka.
Keberhasilan mencapai tujuan berdampak pada
kepuasan. Belajar adalah proses untuk mencapai keberhasilan. Dalam hal ini
motivasi belajar sangat berperan mendorong peserta didik mencapai keberhasilan
belajar mereka. Keberhasilan yang diraihnya tentu akan menghasilkan kepuasan
pada dirinya.
Arti penting keberhasilan belajar mendorong guru
harus terampil mengembangkan strategi motivasi khususnya yang terkait dengan
pencapaian kepuasan belajar. Cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
kepuasan belajar adalah :
1.
Gunakan
pujian secara verbal dan umpan balik yang informasi bukan ancaman atau sejenisnya.
2.
Berikan
kesempatan kepada peserta didik untuk segera menggunakan atau mempraktikkan
pengetahuan yang baru dipelajarinya.
3.
Mintalah
kepada peserta didik yang telah menguasai suatu ketrampilan atau pengetahuan
untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil.
4.
Bandingkan
prestasi peserta didik dengan prestasi dirinya di masa lalu atau dengan suatu
standar tertentu, bukan dengan peserta didik yang lainnya.
2.2.1
Motivasi di Dalam Kelas
Dengan memahami teori-teori
yang termasyhur tentang motivasi, maka guru dapat mengembangkan tujuh (7) jenis
motivasi di dalam kelas, iaitu: (1) motivasi tugas; (2) motivasi aspirasi; (3)
motivasi persaingan; (4) motivasi afiliasi; (5) motivasi kecemasan; (6)
motivasi penguatan; dan (7) motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri.
1.
Motivasi tugas adalah motivasi
yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid
sendiri, mahupun yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama.
Pelajar yang memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan
yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah
dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia
mengetahui cara-caranya.
2.
Motivasi aspirasi yang tinggi
tumbuh dengan subur kalau pelajar memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal
dapat menghancurkan aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan
menjadikan pelajar selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus
menjadikan pelajar sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus ditanam oleh
guru kepada pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa
kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh 'usaha', bukan oleh kemampuan atau
kecerdasan.
3.
Persaingan yang sihat dapat
menjadi motivasi yang kuat dalam belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang
berlebih-lebihan, di kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan
persaingan yang tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi
dengan berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan
status. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan
menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.
4.
Motivasi afiliasi adalah
dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana
ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil
berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima
dan diakui oleh orang dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja
lebih terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan
sebaya. Oleh kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih
kecil hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap
peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar
remaja, guru hendaknya dapat memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan
prestasi belajar ahli kelompok.
5.
Kecemasan dapat mendorong usaha
dan hasil belajar. Tetapi kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan
keghairahan dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi
dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu.
Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau
mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi
bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk meningkatkan usaha
dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan
tinggi.
6.
Motivasi penguatan dapat
ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada
setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan.
Guru hendaklah menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama
untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan pemberian angka
dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat dan akan
menimbulkan kecemasan di dalam kelas.
7.
Motivasi yang diarahkan oleh
diri sendiri sangat berkesan dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar.
Pelajar-pelajar ini menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar dan
mempunyai sistem nilai yang baik yang melatar-belakangi tingkah laku mereka
itu. Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada
setiap pelajar, sehingga pelajar-pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh
diri sendiri adalah sangat penting. Bagi pelajar-pelajar yang telah memiliki
motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan
pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti belajar mereka.
2.3 Memilih
Metode Pembelajaran Dalam Memotivasi
1.
Perhatikan
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang baik ditandai oleh rumus
ABCD, yakni Audience, Behavior, Condition,
Dan Degree. Audience, berarti siswa
atau pembelajar yang menjadi subyek dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran
sebaiknya memuat kata siswa untuk memperjelas personal yang dituju dalam tujuan
pembelajaran. Behavior, berarti
pengalaman atau tindakan yang akan dijalani siswa dalam pembelajaran. Condition, berarti kondisi nyata yang
terjadi ketika siswa belajar atau akan belajar. Degree, berarti tingkatan atau taraf tertentu yang harus dicapai
siswa. Contoh tujuan yang baik adalah setelah membaca teks bacaan (Condition), siswa (Audience) dapat menentukan (Behavior)
tiga kalimat utama (Degree) dalam
bacaan
2.
Perhatikan
Karakteristik Siswa
Setelah memperhatikan tujuan pembelajaran dalam
memilih metode-metode berikutnya adalah memperhatikan karakteristik siswa.
Rambut boleh sama, tetapi hati dan pikiran siswa berbeda-beda. Kelas boleh sama, tetapi lain ruang, lain pula
karakteristiknya. Di dominasi oleh siswa, didominasi kecerdasan matematis, dan
ada siswa yang dominan kecerdasan lainnya. Dengan begitu, dapat di katakana
bahwa karakteristik siswa sangat beragam.
Gadner membagi karakteristik siswa menjadi delapan
kecerdasan atau yang lebih umum disebut multikecerdasan, yakni cerdas
matematika-logis, bahasa, parsial, kisnetetis, intrapersonal, antarpersonal,
natural, dan musical. Tiap karakteristik kecerdasan siswa tersebut memerlukan
cara mendidik dan mengajar yang berbeda-beda.
Para pakar membagi siswa yang belajar menjadi lima
kelompok, yaitu Gifted, Conceptual,
Contextual, Slow learners, dan Disabilities.penelitian
Asian Development Bank (2000) menemukan bahwa 60% pembelajar di Indonesia
adalah contextual. Siswa kontekstual
adalah siswa yang baru dapat belajar kalau guru membantu mengaitkan apa yang
dipelajarinya dengan kehidupan sehari-haridi sekitar pembelajar yang
bersangkutan. Pembelajaran harus dilakukan dengan cara memberi siswa kesempatan
untuk mengalami sendiri dan berlangsung pada kondisi yang alami (kontekstual).
3.
Perhatikan
Kemasan Materi Pembelajaran
Pemilihan metode pembelajaran inovatif perlu
memperhatikan kemasan materi yang akan dikuasai oleh siswa. Materi pembelajaran
yang bersifat fakta tentu akan berbeda dengan materi yang bersifat procedural
dalam penggunaan metode pembelajarannya. Metode berbasis masalah akan lebih
cocok untuk pendalaman materi fakta. Begitu pula, metode kooperatif akan lebih
tepat digunakan untuk pendalaman materi yang bersifat prinsip atau procedural.
Tentunya, materi yang sama akan menarik jika dalam pendalamannya menggunakan
berbagai metode yang bervariasi. Meskipun materi pembelajaran terasa ringan,
metode yang digunakan tetap. Apabila materi pembelajaran dirasakan sulit oleh
siswa, metode pembelajaran juga tetap seperti sebelumnya. Guru yang demikian
itu pazti dapat dikatakan sebagai guru statis, tidak berkembang, dan
menjenuhkan.
Tabel 1. Urutan berpikir
Fakta
|
(apa,
kapan, siapa, di mana)
|
Konsep
|
(pengertian,
defenisi, ciri-ciri, bentuk)
|
Procedural
|
(langkah-langkah,
cara, teknik)
|
prinsip
|
(pengalihan,
bentuk lain, penerapan)
|
Banyak guru yang
hanya mengajar pada jenjang fakta dan konsep sehingga pembelajaran berkutat
pada ceramah saja. Siswa tidak pernah diajak untuk menerapkan secara nyata sesuai
dengan lingkungannya. Pada akhirnya, siswa selamanya tidak pernah mampu
melakukan meskipun mereka mengerti.
4.
Perhatikan
Situasi Dan Konteks Belajar Siswa
Situasi dan konteks pembelajaran akan menentukan
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan seorang guru. Jika situasi yang
terjadi beruap bhjan deras, padahal pembelajaran dirancang di halaman sekolah.
Dan tentu saja, pembelajaran akan segera berganti dengan metode pembelajaran
yang cocok untuk di dalam kelas dalam situasi hujan. Begitu pula, ketika guru
akan mengajarkan apresiasi puisi dalam konteks siswa di pegunungan, metode yang
digunakan akan berbeda dengan siswa yang berkonteks pantai.
Dalam memperhatikan situasi dan konteks untuk
penerangan metode inovatif, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yakni :
a)
Prediktif
b)
Produktif
c)
Antipatif
d)
Adaptif,
serta
e)
Nyaman
Prediktif, artinya situasi dan konteks diramalkan
sebelumnya, yakni saat menyusun rencana pembelajaran. Ramalam itu berisi
beberapa prediksi, seperti apakah nanti saat pembelajaran berlangsung akan
terjadi hujan? Apakah saat pembelajaran berlangsung nanti akan terjadi
keramaian? Apakah pembelajaran kelak akan mengganggu kelas lain? Apakah saat
itu siswa tidak ada kegiatan lainnyayang menghambat pembelajaran berlangsung?
Produktif, artinya situasi dan konteks dapat
memberikan dukungan bagi keberhasilan pembelajaran. Janganlah menggunakan
situasi dan konteks yang tidak memberikan manfaat bagi proses pembelajaran. Contohnya,
Pak Wagir akan menggunakan situasi sore dalam pembelajarannya karena ingin
mendapatkan kesan santai dalam pembelajaran praktik gerak dasar dalam
berolahragayang mendukung tujuan pembelajaran. Konteks stasiun kereta api
sangat cocok diguakan untuk tema transportasi bagi sekolah yang dekat dengan
stasiun tersebut.
Antisipatif, artinya guru perlu mengantisipasi
situasi dan konteks yang akan digunakan dengan berbagai kesiapan sehingga dapat
mengahadapi situasi dan konteks yang diinginkan. Jika situasi yang direncanakan
bertepatan dengan musim hujan, siswa diminta untuk bersiap-siap membawa payung
karena kegiatan pembelajaran mengharuskan di halaman sekolah atau di alam.
Adaptif, berarti penyesuaian proses yang
dilaksanakan berdasarkan situasi dan konteks yang benar-benar terjadi. Guru harus
terbiasa dengan sikap adaptif terhadap situasidan konteks sehingga kapan pun,
di mana pun, pembelajaran dapat menyesuaikan.
Nyaman, artinya bahwa situasi dan konteks yang digunakan dalam
pembelajaran memberikan dukungan bagi kenyamanan siswa dalam belajar. Tidak
semua situasi dan konteks dapat membuat nyaman. Sebaliknya, situasi dan konteks
yang dikendalikan, diatur, dan diubah tentu akan memberikan rasa nyaman siswa
dalam belajar. Siswa yang merasa nyaman ditandai oleh ketertarikan,
kegembiraan, keakraban, dan keberlangsungan dalam mengikuti pembelajaran.
Sebaliknya, siswa yang tidak nyaman ditandai oleh gelisah, pasif, jenuh, dan
tidak mendapatkan apa-apa.
5.
Perhatikan
Sumber Belajar Yang Ada
Sumber belajar meruapakan pendukung penentuan metode
pembelajaran inovatif yang akan digunakan oleh guru. Sumber belajar adalah
segala sesuatu yang mengandung informasi, gagasan, konsep dan dapat memudahkan,
mengonkretkan, dan menyederhanakan materi sehingga siswa dapat lebih cepat,
midah, dan paham dalam memahami materi pembelajaran. Dengan begitu, tujuan
pembelajaran dapat dengan mudah dan cepat untuk mencapai tingkat
ketercapaiannya.
Sebagai contoh sebelumnya, seorang siswa sulit untuk
membayangkan surat dinas, tetapi setelah guru menunjukkan contoh surat dinas,
siswa dapat dengan cepat memahaminyadan bahkan membuatnya. Surat dinas dalam
contoh di atas disebut sumber belajar karenamemberikan informasi dan kemudahan
bagi siswa. Sungai, bukit, sawah, stasiun, dan alam yang lainya merupakan
sumber belajar yang sarat akan informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Begitu pula, dokter,arsitek, bidan, guru, tentara, dan pekerja yang lainnya
merupakan sumber belajar yang penuh dengan informasi bagi siswa. Majalah,
Koran, televise, buku, media yang lainnya merupakan sumber belajar yang menarik
bagi siswa. Dari penjelasan di atas,dapat dikatakan bahwa sumber belajar meliputi
bahan tercetak (buku, majalah, koran), televise dan radio, film, alam, dan
orang.
Tidak semua sumber belajar dapat membantu
keterlaksanaan metode pembelajaran, apalagi ketercapaian tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru perlu mempunyai kemampuan untuk memilih dan menetapkan
sumber belajar yang cocok. Cara menentukan sumber belajar dengan tepat adalah
kebermaknaan, kesesuaian, kepraktisan, keamanan, dan kenyamanan. Sumber belajar
harus dapat memberikan makna bagi pembelajaran sehingga siswa mudah belajar.
Di samping sumber belajar harus bermakna, sumber
belajar harus bermakna, sumber belajar harus memiliki kesesuaian dengan tingkat
umur siswa, tujuan, dan proses. Sumber belajar juga harus bersifat praktis,
sehingga mudah digunakan tanpa menuntut biaya, tenaga, dan waktu hanya untuk
menggunakannya. Keamanan dan kenyamanan juga harus menjadi syarat dalam memilih
sumber belajar agar saat siswa belajar tidak terjadi kecelakaan yang
diakibatkan dengan sumber belajar. Guru perlu memperhatikan syarat-syarat
sumber belajar yang tepat bagi pembelajaran.
6.
Perhatikan
Waktu Yang Tersedia
Aspek berikutnya yang perlu diperhatikan dalam
memilih metode inovatif adalah aspek ketersediaan waktu. Percuma saja
pembelajaran dirancang dengan sangat ideal manakala waktu yang tersedia sangat
terbatas. Guru harus mampu mengatur penggunaan waktu sesuai tahapan
pembelajarannya. Diskusi kelompok dapat diselesaikan 10 menit, 20 menit, bahkan
30 menit tergantung pada kepiawaian guru dalam mengelola pembelajaran. Waktu
bersifat bebas. Gurulah yang mengatur banyak tidaknya waktu yang disediakan.
Dalam berbagai kesempatan pelatihan yang dipadu
penulis ini, banyak guru selaku peserta mengatakan bahwa metode inovatif itu
memerlukan banyak waktu, sehingga targer tidak tercapai. Padahal, jika
pembelajara dikelola dengan baik, pembelajaran inovatif justru sangat efektif,
tepat waktu, dan lebih baik hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran gaya
klasik.
Biasanya, waktu tidak dikelola dengan baik sehingga
guru terlena dengan proses semata. Hasilnya, waktu akan memanjang dan
menghimpit waktu mata pelajaran lainnya. Guru yang demikian itu belum dapat
mengelola waktu. Waktu hanya dianggap sebagai pengganggu bahkan dianggap
sebagai kuda hitam tempat tumpuan kesalahan pembelajaran
BAB III
PENUTUP
3.1 Arti Penting Motivasi
Motivasi adalah aspek yang sangat
penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa
memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi
merupakan salah satu peran dan tugas gurudalam setiap proses pembelajaran.
Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk
bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri
siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need).
Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus
dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi bbelajar bagi kehidupan
siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh
nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi
kebutuhannya.
3.2
Strategi Memotivasi
Menurut perspektif kognitif pemikiran peserta didik
akan mendu motivasi. Dalam perspektif ini motivasi internal sangat penting.
Perspektif kognitif merekomendasikan agar peserta didik diberi lebih banyak
kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrolhasil prestasi mereka sendiri.
Kebutuhan afiliasi peserta didik tercermin dalam motivasi mereka dengan orang
tua, dan keinginann untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Di kelas hal
ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :
6.
Luangkan
waktu, untuk berbicara dengan peserta didik dan jelaskan kepada mereka mengapa
aktivitas pembelajaran harus mereka lakukan adalah penting.
7.
Bersikaplah
penuh perhatian. Perhatikan perasaan peserta didik saat mereka disuruh untuk
melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.
8.
Kelola
kelas secara efektif. Usahakan agar peserta didik dapat membuat pilihan
personal. Biarkan mereka memilih topik sendiri, tugas menulis, dan proyek riset
sendiri. Beri peserta didik pilihan dalam cara melaporkan tugas merka.
9.
Ciptakan
pusat pembelajaran. Peserta didik belajar sendiri atau secara kolaboratif
dengan peserta didik lainnya. Peserta didik dapat memilih sendiri aktivitas
yang ingin mereka lakukan.
10. Betuk kelompok minat. Bagilah peserta
didik ke dalam kelompok-kelompok minat dan biarkan mereka mengerjakan tugas
riset yang relevan dengan minat mereka.
3.3
Memilih Metode Pembelajaran Dalam Memotivasi
1.
Perhatikan
tujuan pembelajaran
2.
Perhatikan
karakteristik siswa
3.
Perhatikan
kemasan materi pembelajaran
4.
Perhatikan
situasi dan konteks belajar siswa
5.
Perhatikan
sumber belajar yang ada
6.
Perhatikan
waktu yang tersedia
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya Wina,
2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Suprijono Agus,
2009. Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Hamalik Oemar,
2005. Perencanaan Pengajaran Berdasar
Pendekatan System. Jakarta: PT Bumi Akasara
Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.
Sidoarjo: Buana Pustaka
http://www.MOTIVASIBELAJAR>>CaraMeningkatkanMotivasiBelajarAnak|belajarpsikologi.com
0 comments: